Dari Christian Dior hingga Maria Grazia Chiuri, desainer visioner membentuk Maison Dior dan merevolusi haute couture dalam jangka panjang.
Didirikan pada tahun 1946 oleh Christian Dior, Maison Dior telah mendefinisikan ulang batasan mode selama beberapa dekade dan memiliki pengaruh yang bertahan lama pada haute couture. Para visioner kreatif yang memimpin merek ini, mulai dari inovator klasik awal hingga inovator modern, tidak hanya mengembangkan konsep desain yang unik tetapi juga mencerminkan perubahan sosial. Kami melihat semua orang, yang membentuk Dior – darikepada John Galliano untuk.
Dior: Para desainer ini telah membentuk Maison
Selama beberapa dekade, Maison Dior telah dibentuk oleh sejumlah desainer inovatif yang selalu terdepan. Dari "Tampilan Baru" Christian Dior yang legendaris hingga pendekatan feminis modern Maria Grazia Chiuri, para pemikir kreatif ini terus mendefinisikan ulang batas-batas haute couture.
Maria Grazia Chiuri (seit 2016)
Maria Grazia Chiuri, direktur kreatif wanita pertama Dior, menghidupkan kembali Maison dengan pendekatan feminis dan desain inovatifnya.
Maria Grazia Chiuri adalah direktur kreatif wanita pertama Dior dan telah membentuk merek tersebut dengan pernyataan feminis yang kuat. Koleksinya seringkali terinspirasi oleh isu-isu sosial dan bertujuan untuk mencerminkan peran perempuan dalam masyarakat modern.
Chiuri dikenal karena kemampuannya memasukkan emosi dan pesan ke dalam desainnya, terbukti dalam karya ikonik seperti kaus "Kita Semua Harus Menjadi Feminis". Di bawah kepemimpinannya, Dior mengambil pendekatan baru dan inklusif sambil meneruskan tradisi haute couture.
Raf Simons (2012–2015)
Dengan gaya minimalis dan modernnya, Raf Simons membawa angin segar ke Maison Dior tradisional dan mendefinisikan kembali keanggunan klasik merek tersebut.
Raf Simons menghadirkan sentuhan kontemporer pada estetika klasik Dior. Karya-karyanya bercirikan garis-garis yang bersih dan pendekatan minimalis yang memusatkan perhatian pada wanita yang mengenakan pakaian tersebut.
Simons menekankan konsep feminitas dalam karyanya, menciptakan koleksi yang modern dan abadi. Bakatnya memadukan batas antara tradisi dan inovasi menjadikannya salah satu desainer paling berpengaruh pada masanya.
John Galliano (1996–2011)
John Galliano merevolusi Maison Dior dengan desainnya yang dramatis dan avant-garde yang mengubah dunia mode menjadi produksi yang tak terlupakan.
John Galliano terkenal dengan desainnya yang provokatif dan sering kali teatrikal sehingga membuat heboh dunia mode. Dengan rasa drama dan imajinasi, Galliano membawa Dior ke arah yang baru.
Koleksinya sering kali terinspirasi oleh cerita dan referensi sejarah, sehingga menghasilkan pementasan dan kreasi couture yang spektakuler. Terlepas dari kepribadiannya yang kontroversial, visi Galliano mendefinisikan kembali warisan Dior dan melambungkan merek tersebut ke abad ke-21.
Gianfranco Ferré (1989–1996)
Gianfranco Ferré secara ahli memadukan keanggunan klasik dengan siluet inovatif, menjadikan haute couture Dior lebih mudah diakses dan kontemporer.
Gianfranco Ferré, juga dikenal sebagai "arsitek mode", menghadirkan siluet yang terstruktur dan kuat ke dalam koleksi Dior. Desainnya dicirikan oleh kecintaan yang kuat terhadap pengerjaan, dipadukan dengan bakat kreatifnya pada tekstur dan bahan.
Ferré berfokus pada kreasi dramatis yang feminin sekaligus kuat. Ia merevitalisasi merek tersebut dengan memadukan tradisi masa lalu dengan gaya kontemporer, sehingga memengaruhi era haute couture di tahun 1990-an.
Marc Bohan (1960–1989)
Marc Bohan mempertahankan keanggunan klasik Dior sambil menambahkan kesegaran modern, membentuk merek ini selama tiga dekade.
Marc Bohan membangun jembatan antara estetika klasik Dior dan desain modern. Di bawah kepemimpinannya, Dior mempertahankan akar tradisionalnya sambil menghadirkan sentuhan kesegaran dan aksesibilitas pada koleksinya.
Desain Bohan terkenal dengan keanggunan sederhana dan penggunaan kain halus. Dia masih dihargai hingga saat ini terutama karena kemampuannya untuk menarik wanita yang sadar mode sambil mempertahankan warisan merek tersebut.
Yves Saint Laurent (1957–1960)
Yves Saint Laurent memperkenalkan pakaian siap pakai di Dior, memadukan kecanggihan gaya dengan gaya urban kontemporer, menjadikan mode lebih mudah diakses.
Yves Saint Laurent menggantikan Christian Dior dan membawa angin segar ke Maison. Di usianya yang baru 21 tahun, ia mengambil alih kepemimpinan kreatif dan menciptakan model ikonik yang mendefinisikan ulang batasan mode.
Saint Laurent dikenal karena kemampuannya memasukkan inspirasi maskulin yang diakui ke dalam fashion wanita, seperti memperkenalkan jaket safari dan setelan tuksedo untuk wanita. Gayanya yang tidak konvensional dan desain avant-garde mendefinisikan tahun 1960-an dan mempertanyakan peran gender dalam mode.
Setelah berada di Dior, Yves Saint Laurent mendirikan labelnya sendiri pada tahun 1966 dan merevolusi dunia mode dengan kreasi pakaian siap pakai yang bercirikan inovasi artistik dan pendekatan yang tidak konvensional.
Christian Dior (1946–1957)
Christian Dior merevolusi mode dengan "Tampilan Baru" ikoniknya yang merayakan feminitas dan mendefinisikan ulang gaya periode pascaperang.
Pendiri Maison Dior, Christian Dior, merevolusi dunia fashion dengan koleksi pertamanya pada tahun 1947 yang kemudian dikenal dengan nama "New Look". Desainnya yang terkenal menampilkan pinggang yang diikat dan rok yang melebar, yang menonjolkan siluet wanita dan menghidupkan kembali kesadaran mode pascaperang.
Dior menekankan kecanggihan, keahlian, dan penggunaan kain mewah, menjadikan mereknya lambang keanggunan dan gaya. Perhatian khususnya terhadap feminitas menjadikan Dior sebagai salah satu perancang busana terpenting abad ke-20.
Sejak merek ini didirikan pada tahun 1940-an, direktur kreatif Dior telah menceritakan kisah tentang inovasi, tradisi, dan pencarian kecantikan yang tiada henti.
Masing-masing dari mereka telah membentuk merek dengan caranya masing-masing dan meninggalkan kesan mendalam di dunia mode.